Selasa, 02 Juni 2009

e-Customer Relationship Management

Ada enam prinsip dasar yang harus dipahami dalam melakukan implementasi e-Customer Relationship Management yang efektif, yaitu masing-masing:

1. Melihat bahwa untuk menciptakan sebuah produk atau jasa memerlukan durasi waktu tertentu, maka ada baiknya jika perusahaan dapat mengerti kebutuhan pelanggan di masa mendatang. Antisipasi kebutuhan lebih awal tersebut dapat “meniadakan” jeda waktu penciptaan produk atau jasa tersebut, sehingga di mata pelanggan, perusahaan “seolah-olah” dapat memenuhi permintaan mereka secara sangat cepat.
2. Perusahaan harus mengerti sungguh-sungguh bahwa informasi merupakan asset stratejik yang tidak ternilai harganya. Jenis informasi yang paling berharga adalah yang menyangkut transaksi dan profil pelanggan sehingga perusahaan dapat mengerti perilaku dari masing-masing pelanggan yang ada.
3. Walaupun perusahaan memiliki ribuan bahkan jutaan pelanggan, setiap pelanggan harus diperhatikan sebagai seorang individu yang unik, dalam arti kata perusahaan harus dapat membangun hubungan atau relasi one-to-one dengan pelanggannya. Hanya dengan cara inilah pelanggan akan merasa diperhatikan dan diperlakukan spesial, sehingga yang bersangkutan akan menjadi loyal kepada perusahaan.
4. Banyak perusahaan yang menjual lebih dari satu produk atau jasa, namun perusahaan harus memiliki manajemen satu pintu (single point of contact) di mata pelanggan. Manajemen satu pintu ini bertujuan selain untuk tidak membuat bingung pelanggan, secara tidak langsung mewakili identitas perusahaan.
5. Pada akhirnya, dari pelanggan yang ada, volume dan frekuensi perdagangan yang diperoleh dari mereka harus selalu ditingkatkan. Cara perusahaan untuk dapat melakukan hal itu tanpa adanya unsur pemaksaan yang dirasakan pelanggan adalah dengan mempelajari seluruh rekaman transaksi pelanggan di masa lalu. Semakin lengkap dan detail rekaman transaksi yang dimiliki, akan semakin memperjelas kebutuhan dan perilaku pelanggan.
6. Perusahaan harus dapat menjangkau pelanggan di manapun dan kapanpun pelanggan berada, tanpa memperhatikan batas-batas waktu dan ruang. Dengan kata lain, perusahaan harus memiliki kanal distribusi (access channels) yang beragam, baik yang bersifat on-line maupun off-line.
Berbeda dengan e-Supply Chain Management yang lebih mengandalkan teknologi standard dan monoton, di dalam e-Customer Relationship Management teknologi yang dipergunakan lebih beragam dan bervariasi. Aspek-aspek pemilihan teknologi yang harus diperhatikan sehubungan dengan proses membangun relasi dengan pelanggan adalah sebagai berikut:

* Kriteria pelanggan dapat bervariasi, seperti individu, keluarga, institusi, sampai dengan sebuah komunitas;
* Mereka ingin dapat melakukan hubungan dengan pelanggan dari berbagai tempat yang diinginkan, apakah itu di rumah, tempat kerja, kendaraan, tempat publik, dan lain sebagainya; dan
* Berbagai jenis peralatan ingin dapat mereka pergunakan untuk dapat melakukan hubungan dengan perusahaan, seperti telepon, faksimili, komputer, televisi, PDA (Personal Digital Assistant), kios, dan lain sebagainya.

E-Business Driving Forces

Jika dikaji secara sungguh-sungguh, perkembangan dari implementasi konsep e-business di sebuah industri atau negara sangat ditentukan oleh desakan faktor dari luar (external driving forces). Paling tidak ada empat faktor desakan yang saling berkonvergensi satu dengan lainnya yang secara signifikan akan menentukan percepatan implementasi konsep e-business, yaitu masing-masing: customer expectations, competitive imperatives, deregulation, dan technology.
Customer Expectations

Paradigma baru menekankan pentingnya pelanggan ditempatkan sebagai titik awal atau acuan dari penyusunan konsep bisnis sebuah perusahaan. Dewasa ini seorang pelanggan tidak cukup dapat dipuaskan dengan baiknya kualitas sebuah produk yang ditawarkan. Yang bersangkutan mengharapkan adanya pelayanan pra dan pasca jual yang baik. Spektrum pelayanan (services) yang dimaksud di sini sangat luas, seperti misalnya:

* Pelayanan pemesanan produk yang dapat dilaksanakan kapan saja dan dari mana saja (anytime, anywhere);
* Pembayaran pembelian produk dengan metode yang beragam, seperti melalui penggunaan kartu kredit, kartu debit, transfer antar rekening, dan lain-lain;
* Pemberian fasilitas asuransi produk yang sangat fleksibel, dimana berbagai lembaga asuransi di dunia dapat berpartisipasi;
* Pengiriman produk ke rumah secepat mungkin, dengan pilihan durasi dan harga yang kompetitif;
* Dan lain sebagainya.

Dengan jenis dan karakteristik kebutuhan yang sedemikian rupa, jelas ebusiness merupakan solusi yang tepat. Karena selain sifatnya yang dapat menembus batas-batas ruang dan waktu (spece and time), konsep bisnis digital memungkinkan pula diciptakannya jenis-jenis pelayanan baru yang dapat meningkatkan value kepada pelanggan.

Competitive Imperatives

Globalisasi telah membentuk sebuah arena persaingan dunia usaha yang sangat ketat. Hampir semua perusahaan di dunia dapat melakukan kompetisi secara terbuka di lingkungan pasar bebas. Tentu saja hal ini menimbulkan dampak yang sangat besar bagi keberadaan sebuah perusahaan. Pelanggan akan dengan mudahnya membanding-bandingkan kualitas produk dan pelayanan antar perusahaan dari hari ke hari. Dengan prinsip selalu mencari yang “cheaper, better, and faster”, maka secara tidak langsung perusahaan dipaksa untuk menyusun dan mengembangkan sebuah model dan strategi bisnis yang tepat. Lingkungan kompetisi yang sedemikan rupa mengharuskan perusahaan untuk menjalankan berbagai strategi baru sebagai berikut:

* Memfokuskan diri pada bisnis inti dan kemampuan khususnya (core business and core competencies) dan mengalihdayakan (outsourcing) berbagai proses yang bukan merupakan spesialisasinya ke perusahaan lain;
* Melakukan berbagai kerja sama dengan mitra-mitra bisnis yang ada untuk membentuk konsorsium penghasil produk dan/atau jasa baru (collaboration to compete);
* Memanfaatkan aset-aset non fisik (digital) sebagai pengganti sumber daya fisik yang dipergunakan untuk menciptakan produk atau jasa;
* Merubah model bisnis konvensional dengan model bisnis baru yang berbasis website dan internet;
* Dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, perusahaan konvensional akan melakukan restrukturisasi usaha agar dapat bertahan di dunia persaingan. E-business dalam konteks ini menawarkan beragam model bisnis baru yang dapat dipilih oleh perusahaan sebagai skenario bisnis barunya, seperti misalnya model bisnis: auction, portal, customer relationship management, e-procurement, infomediary, supply chain management, reverse auction, dan lain-lain.

Deregulation

Harus diakui pula bahwa secara makro deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun negara-negara lain (disamping keberadaan lembaga-lembaga dan komunitas dunia semacam WTO, APEC, AFTA, dan lain-lain) telah turut mewarnai bentuk dunia usaha di masa mendatang, terutama yang berkaitan dengan konsep perdagangan bebas antar negara dan industri. Ditiadakannya pajak masuk produk-produk import, dibebaskannya kuota eksport produk, disatukannya berbagai mata uang asing (single currency), dialirkannya informasi secara bebas, tentu saja telah memaksa lingkungan dunia usaha menjadi lebih efisien dari masa ke masa. Internet di sini dianggap sebagai sebuah arena dimana konsep kompetisi sempurna (perfect competition) dan pasar terbuka telah terjadi, terutama yang berkaitan dengan produk-produk dan jasa-jasa yang telah dapat didigitalisasi. Dengan menunggang pada backbone medium ini diharapkan perdagangan dunia antara negara maupun perusahaan akan mengarah pada implementasi spektrum e-business dan e-commerce. Secara alami perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan ini akan perlahan-lahan bangkrut dan tersingkir dari dunia usaha.

Technology

Faktor terahir dan menentukan dalam mengimplementasikan konsep ebusiness adalah kemajuan teknologi informasi, yang didominasi oleh percepatan perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi. Fungsi dari teknologi informasi tidak hanya kritikal bagi perkembangan e-business (enabling function) tetapi justru telah menjadi penggerak dari dimungkinannya dikembangkan model-model bisnis baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Jika dahulu proses digitalisasi entiti fisik hanya berkembang pada asset semacam dokumen, saat ini telah berkembang ke arah media yang lain, seperti gambar dua dimensi, suara, dan video. Riset-riset yang berkembang di negara maju telah pula mempersiapkan kemungkinan didigitalisasikannya entiti-entiti lain seperti DNA (sel pembawa sifat keturunan) dan intelegensia. Jenis-jenis interaksi antar manusia pun oleh teknologi berhasil didigitalisasikan, seperti misalnya dalam proses komunikiasi, kolaborasi, kooperasi, kompetisi, dan lain sebagainya.

Beberapa pakar teknologi pun telah memperkirakan akan adanya revolusi sosial karena berkonvergensinya teknologi informasi dengan ilmu-ilmu lain seperti biologi,
kimia, fisika, dan matematika. Tidak heran jika nanti akan muncul model e49 business dimana fungsi seorang staf telah dapat digantikan oleh robot hasil kloning, atau fungsi seorang manajer telah digantikan oleh robot pintar berbasis kecerdasan buatan, atau produk-produk fisik telah dapat digantikan oleh produk-produk imitasi yang diciptakan secara instan, dan lain sebagainya. Teknologi informasi jugalah yang telah mematikan dan menimbun batas-batas geografis dan waktu sehingga setiap individu dapat berinteraksi dengan individu lain dalam hitungan detik.

Definisi Business To Consumer (B2C)

1) Pengertian Business to consumer adalah konsep bisnis dimana penjual berhubungan langsung dengan para pembelinya dan antara penjual dan pembeli belum tentu kenal dengan penjual. Sifat dari bisnis tersebut adalah terbuka dan bebas dimanfaatkan oleh khalayak umum. Cara mengaksesnya melalui sebuah situs yang disediakan oleh sang penjual.

2) Manfaat B2C terhadap travel and tourism yaitu

* Mempermudah dalam memberikan informasi antara pemilik travel dan calon costumer mengenai semua hal yang berhubungan dengan travel ( seperti harga tiket, harga hotel,dll)
* Memberikan akses yang mudah kepada calon wisatawan tentang informasi daerah wisata yang akan mereka kunjungi.
* Membantu pemilik travel untuk mengembangkan bisnisnya karena pemilik travel bisa mendesign tampilan web yang menarik dan berkualitas sehingga mampu menarik konsumen lebih banyak
* Memberikan gambaran singkat tentang lokasi dan pemandangan yang berada di tempat tujuan objek wisata

3) Penerapan B2C terhadap untuk pengusaha kecil dan menengah

Sebagai contoh yaitu usaha yang dilakukan oleh Pak Subur . Pada awalnya semua proses yang berhubungan dengan Subur Ceramic yang dikembangkan oleh Pak Subur dilakukan secara manual ( proses pembuatan, pembukuan, pemasaran hingga pemesanan). Hal ini lama kelamaan dirasakan tidak mampu mengembangkan usaha yang telah dijalankannya. Pak Subur mencari cara bagaimana mengembangkan usaha keramiknya. Akhirnya didapatkan ide yaitu semua proses industri dilakukan dengan terkomputerisasi. Cara ini memberikan sisi positif karena semua proses seperti pembukuan dan pengecekan stock menjadi lebih cepat dan lebih efisien. Tingkat pemesanan yang diterima Pak Subur langsung meningkat karena yang tadinya konsumen hanya berada di wilayah Indonesia, mulai meningkat hingga keluar Indonesia. Hal ini dikarenakan Pak Subur mempromosikan produknya melalui internet sehingga mempermudah calon konsumen di seluruh dunia untuk memilih dan memesan produk yang mereka inginkan.

Jadi dapat disimpulkan dampak B2C terhadap pengusaha kecil dan menegah yaitu :

· Memberikan kemudahan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Pembukuan menjadi lebih cepat. Proses promosi menjadi luas karena tidak ada batasan wilayah sehingga mampu memperluas jangkauan calon konsumen.

E-bisnis

Suatu kegiatan dapat dikategorikan E-Bisnis apabila kegiatan tersebut di support oleh teknologi masa kini dan memadukannya/terintegrasi dengan media internet. Ke depan, peran penggunaan e-bisnis oleh kalangan usaha kecil akan semakin besar agar dapat bersaing di pasar. Mengingat kembali pengertian e-bisnis, merupakan proses bisnis yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencapai perubahan dan pertumbuhan bagi perusahaan. Dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi maka akan lebih besar merebut peluang pasar, disamping juga dapat menekan kesulitan saat bisnis baru dimulai. Hal tersebut dikarenakan e-bisnis dapat dilakukan dari rumah, modal awal kecil, biaya operasional kecil karena konsumen dapat mengakses barang melalui internet, dan tak perlu jam kerja tertentu.

Secara konsep e-bisnis memang menawarkan bisnis yang efektif dan efisien. Berikut 7 langkah taktis untuk sukses dalam e-bisnis.

Langkah pertama yang dijabarkan adalah fokus. Alasannya, dalam kasus e-bisnis, puluhan atau ratusan produk tidak memiliki manajer produk yang mengawasinya. Dan hanya diserahkan ke orang TI-nya saja. Oleh karena itu produk-produk yang dijual di internet juga harus menjadi bagian yang fokus dari masing-masing manajer produk.

Langkah kedua, membuat banner berupa teks. Menurutnya, berdasarkan hasil riset, telah terbukti bahwa tingkat respons dari suatu “klik” lebih banyak berasal dari “banner berupa teks” bukan berasal dari “banner berupa gambar”. Kebanyakan orang, masih belum tahu dalam hal ini.

Langkah ketiga, menciptakan 2-level afiliasi. Dalam dunia online, e-bisnis yang berhasil harus menciptakan program distribusi pemasaran program afiliasi.Dengan teknologi internet, pebisnis akan mampu membangun 2 tingkat afiliasi, maksudnya distributor penjualan utama dan agen penjualan kedua. Distributor/dealer utama mendapatkan komisi lebih besar, misalnya 20% dan supplier yang mengambil barang dari dealer utama tersebut mendapat komisi 5 atau 10%.

Langkah keempat, memanfaatkan kekuatan email. Email adalah aktivitas pertama yang paling banyak digunakan di Internet, kedua adalah situs pencari. Karena itu manfaatkan kekuatan pemasaran yang dapat dilakukan oleh email. Dalam hal ini pemasaran melalui email atas dasar persetujuan (permission), bukan spamming. Ingat, kebanyakan penjualan terjadi setelah beberapa kali di follow-up, bukan dari hasil instan karena kunjungan pertama mereka ke situs web Anda.

Langkah kelima adalah menulis artikel. Kebanyakan penjualan adalah hasil dari proses edukasi atau sosialisasi, jadi jangan berpikir bisa menjual kalau malas menulis untuk mengedukasi bisnis/produk.

Langkah keenam melakukan e-Marketing. 75% dari waktu tim pemasaran harus berpusat pada pemasaran, kombinasikan antara strategi offline dan online. Menurut Bob dalam tulisan tersebut, kebanyakan dari kesalahan e-bisnis adalah pebisnis terlalu banyak mencurahkan waktu di proses bisnis serta teknologinya. Hal ini memang tidak salah dan ini memang harus dilakukan oleh orang TI, namun tim pemasaran di perusahaan juga harus mengetahui teknik-teknik pemasaran online (eMarketing) bukan saja secara offline.

Langkah terakhir, melakukan komunikasi secara instan. Kebanyakan dari kegagalan dalam e-bisnis adalah masalah soal kepercayaan dan komunikasi. Kepercayaan dapat ditingkatkan apabila komunikasi antara produsen dan konsumen berlangsung instan, cepat dan tidak tertunda. Misalnya dalam kecepatan menjawab email.



Contoh realisasi dari penggunaan E-BiSniS adalah E-CoMmERCe

E-commerce merupakan kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), service providers dan pedagang perantara (intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer (komputer networks) yaitu internet. Julian Ding dalam bukunya E-commerce: Law & Practice, mengemukakan bahwa e-commerce sebagai suatu konsep yang tidak dapat didefinisikan. E-commerce memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda.Perdagangan sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia sejak awal peradabannya. Sejalan dengan perkembangan manusia, cara dan sarana yang digunakan untuk berdagang senantiasa berubah. Bentuk perdagangan terbaru yang kian memudahkan penggunanya kini ialah e-commerce. Makhluk apa sesungguhnya e-commerce itu, bagaimana ia dapat mempermudah penggunanya, serta peran pentingnya akan dibahas dalam tulisan ini.

Pengertian E-Commerce adalah Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulannya, “e-commerce is a part of e-business”.

Ukuran Keberhasilan E-Bisnis

E-Business is about 95% business and 5% technology. Secara implisit kalimat singkat tersebut telah menjelaskan esensi dari berkembangnya konsep manajemen baru yang dikenal dengan e-business. Kalimat singkat tersebut pada intinya menegaskan bahwa pertimbangan utama yang harus dipergunakan oleh para praktisi manajemen dalam menentukan apakah akan memanfaatkan tawaran-tawaran menggiurkan yang dijanjikan oleh e-business terletak pada pertimbangan seberapa besar potensi bisnis yang ditawarkan, bukan pada seberapa canggih teknologi yang berkembang.

Jika bisnis bertujuan untuk mencapai apa yang dalam teori disebut sebagai wealth maximization (dan didalam praktek sehari-hari wealth sering diasosiasikan dengan profit atau keuntungan usaha), maka secara jelas e-business harus dapat paling tidak melakukan kedua hal di bawah ini:

1. Seberapa tinggi potensi penambahan revenue (pendapatan) perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung yang didapat pada saat konsep e-business diimplementasikan; dan
2. Seberapa tinggi potensi pengurangan cost (biaya) yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung yang didapat pada saat konsep e-business diterapkan.

Kedua hal tersebut adalah hal minimum yang harus di-deliver oleh e-business kepada perusahaan agar dapat secara nyata meningkatkan tingkat profitabilitasnya (sesuai dengan rumus sederhana Profit = Revenue – Cost). Dalam kenyataannya, tentu saja tidak semua usaha dapat secara langsung dan terlihat berpengaruh terhadap kedua variabel tersebut di atas, karena banyak dari manfaat atau value dari e-business yang bersifat intangible dan unquantifiable. Dalam bukunya “The Effective Measurements of IT Cost and Benefit Analysis”, Arthur Money dan Remenyi memberikan 16 kriteria yang harus diukur di dalam perusahaan untuk menentukan apakah konsep e-business yang diterapkan lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada saat e-business belum diimplementasikan (manajemen bisnis konvensional). Secara ringkas keenam-belas kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan sistem dalam mengurangi biaya

2. Kemampuan sistem memindahkan biaya

3. Kemampuan sistem menghindarkan biaya

4. Kemampuan sistem menyediakan peluang pertumbuhan pendapatan

5. Kemampuan sistem menyediakan peningkatan informasi manajemen

6. kemampuan sistem meningkatkan produktivitas staf

7. kemampuan sistem menyediakan kapasitas untuk meningkatkan volume

8. kemampuan sistem untuk mengurangi eror

9. kemampuan sistem menyediakan keuntungan kompetitif

10. kemampuan sistem menyetarakan dengan persaingan

11. kemampuan sistem menyediakan peningkatan kontrol manajemen

12. kemampuan sistem meningkatkan produktivitas manajemen

13. kemampuan sistem menyediakan peningkatan moral karyawan

14. kemampuan sistem menyediakan peningkatan image perusahaan

15. kemampuan sistem menyediakan peningkatan layanan nasabah

16. kemampuan sistem meningkatkan hubungan dengan klien.

Jika dilihat secara sungguh-sungguh terlihat bahwa keenambelas hal tersebut adalah mengkaji pengimplementasian konsep e-business dari sisi internal perusahaan, dimana konsumen atau pelanggan tidak secara langsung dilibatkan dalam proses penilaian. Tentu saja jika dilihat dari kecenderungan bisnis yang lebih bersifat market oriented dan/atau customer oriented, ukuran-ukuran baru harus dikembangkan. Contoh kriteria kinerja dari e-business yang dapat dikembangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan implementasi diperlihatkan pada sepuluh hal di bawah ini (ukuran keberhasilan dipandang dari perspektif eksternal):

1. Kemampuan sistem mebuat efisiensi biaya

2. Kemampuan sistem meningkatkan layanan pada pelanggan

3. Kemampuan sistem menjangkau pelanggan

4. Kemampuan sistem meningkat kualitas produk dan jasa

5. Kemampuan sistem memuaskan kebutuhan sepesifik pelanggan

6. Kemampuan sistem untuk memberikan layanan cepat pada pelanggan

7. Kemampuan sistem untuk mengurangi komplain pelanggan

8. Kemampuan sistem untuk menyediakan sistem pembayaran efektif.

9. Kemampuan sistem untuk menambah brand awareness pelanggan

10. Kemampuan sistem untuk menciptakan identitas pelanggan (pelanggan selamanya).

Dengan melihat keseluruhan contoh pengukuran kinerja tersebut jelas terlihat konsep teknologi informasi yang relevan untuk penerapan e-business di sebuah perusahaan atau industri tertentu. Jika pemakaian sebuah aplikasi, sistem informasi, software, perangkat keras, network, intranet, dan produk-produk teknologi informasi lainnya secara langsungada maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap ukuran kinerja bisnis seperti yang dijelaskan di atas, maka jelas peranannya akan sangat berarti bagi perkembangan perusahaan. Demikian juga sebaliknya, jika hasil pengimplementasian teknologi informasi di bisnis justru bertentangan dengan konsep peningkatan kinerja yang di atas, tentu saja kehadirannya akan menjadi bumerang bagi keberadaan perusahaan.

CRM(Custumore Relationship Management)

CRM(Customore Relationship Management)
Customore Relationship Management (CRM) menjadi istilah yang pada beberapa tahun terakhir ini semakin popular. Ditambah dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin merambah berbagai aplikasi bisnis dengan interaksi suatu perusahaan dengan pelanggannya. Semua berawal dari kegiatan marketing terhadap pelanggan. Kegiatan marketing mengelola seluruh daur hidup pelanggan, mulai dari sales, acquisition, fulfillment, hingga retention.
Menurut Gartner Group, CRM adalah strategi bisnis yang focus pada pelanggan yang didesain untuk mengoptimasi profatibiliti, revenue, dan customer satisfaction.CRM merupakan suatu pendekatan sistematis dalam memanfaatkan informasi dan juga komunikasiuntuk membangun hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan dengan pelanggan.Inisiatif CRM pada perusahaan tidaklah semata hanya berhenti pada implementasi aplikasi CRM. Aplikasi CRM hanya sekedar teknologi yang menjadi alat (tool) bagi perusahaan
Ada 3 aspek penting yang perlu dibenahi perusahaan dalam proses implementasi CRM: (1) orang, (2) proses dan prosedur, dan (3) system dan teknologi
Aspek pertama, orang meliputi internalisasi cara berpikir orang tentang bagaimana melayani konsumen .Visi implementasi CRM harus jelas dan dipahami oleh semua karyawan perusahaan. Selanjutnya aspek kesiapan dari sisi pengetahuan dan ketrampilan.
Aspek kedua, adalah proses dan prosedur. Dari sisi proses dan prosedur. Perusahaan harus mendefinisikan secara lebih jelas target market yang akan dibidik dan prosedur perusahaan secara lebih rinci dalam melayani konsumen. Hal ini penting agar karyawan yang berhubungan langsung dengan konsumen memiliki aturan yang jelas tentang bagaimana melayani pelanggan mereka. Selain itu, satu hal yang paling penting adalah bagaimana perusahaan menghubungkan antara kepuasan pelanggan dengan kinerja karyawan. Artinya, tidak hanya menjadi slogan dan jargon.
Aspek ketiga, strtegi pemilihan dan pembangunan teknologi CRM. Perusahaan perlu membuat teknologi CRM seperti apa yang akan digunakan,bagaimana proses implementasinya, training, dan juga penerapanya
CRM menggunakan teknologi informasi untuk membuat system perusahaan lintas fungsi yang mengintregasikan dan mengotomasi berbagai proses layanan pelanggan di dalam penjualan, pemasaran, dan layanan produk yang berinteraksi dengan pelanggan perusahaan.
Meskipun kemajuan teknologi komunikasi informasi telah menjadi pendorong utama didalam implementasi CRM di dalam suatu perusahaan, namun masih ada beberapa hal sebagai pendorong dan penghalang yang perlu dipertimbangkan bagi penerapan CRM

Modul-modul utama yang harus ada didalam aplikasi customer relationship management adalah:
1. Sales, software ini menelusuri kontak pelanggan dan siklus hidup dari pelanggan untuk cross-selling dan up-selling.
2. Direct Marketing and Fulfillment. Software CRM dapat mengotomasi tugas-tugas seperti manajemen respon, penjadwalan kontak sales, menyediakan informasi terhadap calon pelanggan dan pelanggan
3. Customer database abd Support. CRM membantu manajer customer service secara tepat dan membuat, menunjuk, dan mengelola permintaan layanan

Jumat, 29 Mei 2009

Sukses Menjalankan e-Bisnis

Ke depan, peran penggunaan e-bisnis oleh kalangan usaha kecil akan semakin besar agar dapat bersaing di pasar. Mengingat kembali pengertian e-bisnis, merupakan proses bisnis yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencapai perubahan dan pertumbuhan bagi perusahaan. Dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi maka akan lebih besar merebut peluang pasar, disamping juga dapat menekan kesulitan saat bisnis baru dimulai. Hal tersebut dikarenakan e-bisnis dapat dilakukan dari rumah, modal awal kecil, biaya operasional kecil karena konsumen dapat mengakses barang melalui internet, dan tak perlu jam kerja tertentu.

Secara konsep e-bisnis memang menawarkan bisnis yang efektif dan efisien. Namun untuk mencapai hal tersebut tentu saja pebisnis harus menjalankan resep-resep sukses menjalankan e-bisnis. Bob Julius Onggo, penulis buku seputar pemanfaatan media internet untuk bisnis, dalam sebuah tulisannya memuat 7 langkah taktis untuk sukses dalam e-bisnis.

Langkah pertama yang dijabarkan adalah fokus. Alasannya, dalam kasus e-bisnis, puluhan atau ratusan produk tidak memiliki manajer produk yang mengawasinya. Dan hanya diserahkan ke orang TI-nya saja. Oleh karena itu produk-produk yang dijual di internet juga harus menjadi bagian yang fokus dari masing-masing manajer produk.

Langkah kedua, membuat banner berupa teks. Menurutnya, berdasarkan hasil riset, telah terbukti bahwa tingkat respons dari suatu “klik” lebih banyak berasal dari “banner berupa teks” bukan berasal dari “banner berupa gambar”. Kebanyakan orang, masih belum tahu dalam hal ini.

Langkah ketiga, menciptakan 2-level afiliasi. Dalam dunia online, e-bisnis yang berhasil harus menciptakan program distribusi pemasaran program afiliasi.Dengan teknologi internet, pebisnis akan mampu membangun 2 tingkat afiliasi, maksudnya distributor penjualan utama dan agen penjualan kedua. Distributor/dealer utama mendapatkan komisi lebih besar, misalnya 20% dan supplier yang mengambil barang dari dealer utama tersebut mendapat komisi 5 atau 10%.

Langkah keempat, memanfaatkan kekuatan email. Email adalah aktivitas pertama yang paling banyak digunakan di Internet, kedua adalah situs pencari. Karena itu manfaatkan kekuatan pemasaran yang dapat dilakukan oleh email. Dalam hal ini pemasaran melalui email atas dasar persetujuan (permission), bukan spamming. Ingat, kebanyakan penjualan terjadi setelah beberapa kali di follow-up, bukan dari hasil instan karena kunjungan pertama mereka ke situs web Anda.

Langkah kelima adalah menulis artikel. Kebanyakan penjualan adalah hasil dari proses edukasi atau sosialisasi, jadi jangan berpikir bisa menjual kalau malas menulis untuk mengedukasi bisnis/produk.

Langkah keenam melakukan e-Marketing. 75% dari waktu tim pemasaran harus berpusat pada pemasaran, kombinasikan antara strategi offline dan online. Menurut Bob dalam tulisan tersebut, kebanyakan dari kesalahan e-bisnis adalah pebisnis terlalu banyak mencurahkan waktu di proses bisnis serta teknologinya. Hal ini memang tidak salah dan ini memang harus dilakukan oleh orang TI, namun tim pemasaran di perusahaan juga harus mengetahui teknik-teknik pemasaran online (eMarketing) bukan saja secara offline.

Langkah terakhir, melakukan komunikasi secara instan. Kebanyakan dari kegagalan dalam e-bisnis adalah masalah soal kepercayaan dan komunikasi. Kepercayaan dapat ditingkatkan apabila komunikasi antara produsen dan konsumen berlangsung instan, cepat dan tidak tertunda. Misalnya dalam kecepatan menjawab email. (SH)

Keunggulan Bisnis Internet

Mengapa memilih bisnis internet? Kenapa tidak bisnis offline saja? Tentu ada alasannya. Berikut adalah 7 alasan menggeluti bisnis internet.

1. Pasar Global
Internet tidak mengenal batas, baik budaya maupun wilayah. Semakin banyak orang menggunakan internet untuk mendapatkan informasi atau belanja online. Ini benar-benar sebuah cara mudah untuk menjangkau pasar global.

2. Mobilitas
Selama anda memiliki koneksi internet, anda dapat mengoperasikan bisnis anda dari manapun. Anda bisa mengelolanya dari ruang tidur anda, dari ruang tamu,.. terserah anda. Anda bahkan masih bisa mengoperasikan bisnis anda ketika anda sedang berwisata.

3. Fleksibel
Tidak ada yang peduli jika anda bergadang tengah malam untuk bekerja dan tidur esok harinya. Juga tak ada yang peduli jika anda ingin libur bekerja selama 1 minggu untuk berlibur. Anda bisa lakukan itu. Anda bisa mengatur jadwal kerja anda sendiri secara bebas.

4. Modal Kecil
Bukan tanpa modal, tetapi dengan menggunakan media internet maka modal yang digunakan jika dibandingkan dengan bisnis offline jauh lebih kecil.

5. Daya Ungkit Teknologi
Dalam MLM atau network marketing, menggunakan konsel daya ungkit orang lain. Tapi dalam dunia internet anda bisa menggunakan daya ungkit teknologi. Beberapa software akan membantu anda untuk untuk mengotomatiskan tugas anda. Ini akan menghemat waktu anda.

6. Minim Biaya Rutin
Tidak banyak biaya rutin yang harus anda keluarkan untuk biaya bisnis online. Biasanya hanya sekedar untuk biaya sewa hosting dan biaya domain yang biaya pertahun biasanya tidak sampai 500 ribu rupiah. Tidak seperti bisnis ofline yang memerlukan biaya sewa bangunan, gaji pegawai dan sebagainya yang relatif besar.

7. Kewirausahaan
Anda adalah seorang bos. Semua keputusan ada ditangan anda.

Sumber: www.wirausaha.com

http://wirausaha.com/e_bisnis/186-sukses_menjalankan_e_bisnis.html